
Pekanbaru (ANTARA) berantakan Luas area hutan dan tanah yang terbakar di wilayah Provinsi Riau tahun ini mencapai 1. 587 hektare, turun hingga 99 persen lebih dibandingkan dengan umum hutan dan lahan yang menyala pada tahun 2019 menurut masukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
“Alhamdulillah berkat kerja cepat kita, luas karhutla (kebakaran alas dan lahan) di Riau had 21 Oktober turun 99, 83 persen dibandingkan dengan kondisi 2019, ” kata Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Riau Edwar Sanger di dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Karhutla dalam Pekanbaru, Senin.
Pada tahun 2019, kebakaran hutan & lahan meliputi area seluas 9. 706 hektare di Provinsi Riau. Saat itu, Riau dalam status tanggap darurat asap karena selain menghadapi dampak kebakaran hutan serta lahan di wilayahnya juga menerima kiriman asap dari Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi.
Edwar mengatakan bahwa sejak awal tahun sampai 21 Oktober 2020 kebakaran hutan dan lahan terjadi di 12 kabupaten dan tanah air dan mencakup area seluas satu. 587, 6 hektare.
Kebakaran hutan dan lahan tarikh ini paling banyak terjadi pada Kabupaten Indragiri Hilir dengan merata area terbakar 479, 5 hektare dan paling sedikit terjadi pada Kuantan Singingi dengan luas daerah terbakar sekitar 1, 5 hektare.
Kebakaran hutan & lahan juga terjadi di Kabupaten Bengkalis (382 hektare), Siak (174, 5 hektare), Dumai (138, 9 hektare), Pelalawan (142 hektare), & Rokan Hilir (60, 15 hektare).
Luas area alas dan lahan yang terbakar pada Kota Pekanbaru tahun ini pula menurun drastis menjadi 24, 66 hektare dari 333, 8 hektare pada tahun 2019.
Titik Panas
Jumlah titik panas isyarat awal kebakaran hutan dan lahan yang terpantau Satelit LAPAN serta Terra-Aqua pada tahun ini juga menurun sekitar 41 persen dipadankan 2019.
Menurut Edwar, titik panas yang terdeteksi di wilayah Riau hingga 21 Oktober 2020 sebanyak 2. 730, jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah bintik panas yang terdeteksi sepanjang tarikh 2019 yang tercatat sampai 4. 682.
Ia mengatakan, penurunan karhutla tidak lepas daripada upaya bersama seluruh pemangku kecendekiaan di Satuan Tugas Penanggulangan Karhutla Riau serta dukungan dari Pranata Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Edwar menjelaskan, Pemerintah Provinsi Riau tahun itu menjalankan 13 kebijakan strategis buat menanggulangi karhutla, yang mencakup pembuatan embung dan sekat kanal, pembentukan tim terpadu penertiban kebun kelapa sawit, penegakan hukum, pembuatan posko relawan, pembangunan sistem deteksi itu, hingga penetapan status siaga kritis karhutla.
Pemerintah Daerah Riau menetapkan status siaga gawat karhutla dari 11 Februari sampai 31 Oktober 2020. “Sudah 264 hari Riau dalam siaga penting karhutla dan akan berakhir di dalam 31 Oktober, ” kata Edwar.
Menangkap juga:
Riau terapkan tiga strategi pengendalian karhutla pada zaman pandemi
Riau jadi contoh pencegahan karhutla nasional
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2020